The Raid (sebelum diedarkan: Serbuan Maut) adalah film aksi seni bela diri dari Indonesia yang disutradarai oleh Gareth Evans dan dibintangi oleh Iko Uwais. Pertama kali dipublikasi pada Festival Film Internasional Toronto (Toronto International Film Festival, TIFF) 2011 sebagai film pembuka untuk kategori Midnight Madness, para kritikus dan penonton memuji film tersebut sebagai salah satu film aksi terbaik setelah bertahun-tahun sehingga memperoleh penghargaan The Cadillac People's Choice Midnight Madness Award. Terpilihnya film ini untuk diputar pada beberapa festival film internasional berikutnya, seperti Festival Film Internasional Dublin Jameson (Irlandia), Festival Film Glasgow (Skotlandia), Festival Film Sundance (Utah, AS), South by Southwest Film (SXSW, di Austin, Texas, AS), dan Festival Film Busan (Korea Selatan), menjadikannya sebagai film komersial produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat dunia.
SinopsisJauh di jantung daerah kumuh Jakarta berdiri sebuah gedung apartemen terlantar yang tak tertembus dan menjadi rumah aman bagi gangster, penjahat dan pembunuh yang paling berbahaya. Blok apartemen kumuh tersebut telah dianggap tak tersentuh oleh para rival gembong narkotik terkenal Tama Riyadi (Ray Sahetapy) dan bahkan perwira polisi paling berani sekalipun. Semuanya berubah ketika sebuah tim elit polisi berjumlah 20 orang ditugaskan untuk menyerbu bangunan tersebut dan mengakhiri teror Tama untuk selamanya.
Di bawah kegelapan dan keheningan fajar, Rama (Iko Uwais), seorang calon ayah dan perwira polisi elit baru, dalam tim elit polisi yang dipimpin oleh Sersan Jaka (Joe Taslim), tiba di blok apartemen Tama di bawah petunjuk Letnan Wahyu (Pierre Gruno). Setelah berpapasan dengan Gofar (Iang Darmawan) salah seorang penghuni apartemen yang membawa obat untuk istrinya yang sakit, mereka menerobos ke dalam gedung dan secara hati-hati mengamankan para penjahat penghuni gedung dengan dibungkam dan diikat. Mulai dari lantai dasar dan bergerak naik, mereka dengan terencana menyusup dalam blok apartemen sampai mereka mencapai lantai enam, tapi kemudian tim ini dilihat oleh seorang anak pengintai, yang lari untuk memberitahu temannya yang kedua sebelum dia ditembak dan terbunuh oleh peluru senapan serbu Letnan Wahyu. Peringatan tersebut mencapai Tama dan anak buahnya kepercayaannya, Mad Dog (Yayan Ruhian) lewat interkom.
Tama segera memanggil bala bantuan dan anak buahnya. Dua penembak runduk di gedung tetangga melumpuhkan anggota tim SWAT yang berada di lantai dasar. Mendengar jeritan mereka, seorang anggota tim elit lain melihat keluar dari jendela apartemen di lantai 5, dan segera tewas ditembak oleh penembak runduk. Tahanan mereka segera mengambil kesempatan dalam keributan tersebut - membunuh dua anggota polisi lain dan mendapatkan kontrol di lantai 5 kembali. Mobil pengangkut tim Polisi juga hancur dan pengemudinya tewas dalam serangan mendadak. Tama mematikan listrik di seluruh gedung dan mengumumkan bahwa terdapat "tamu tak diundang" sedang terjebak di lantai 6, dan bahwa dia akan memberikan sewa gratis kepada mereka yang membunuh penyusup-penyusup tersebut. Tim polisi Sersan Jaka melihat sebuah pintu akan terbuka, sehingga mereka mempersiapkan diri untuk menyerang siapa pun yang di belakangnya, tapi ini merupakan jebakan karena anak buah Tama di lantai atas berhasil menggunakan cahaya dari tembakan untuk menyerbu tim Polisi, menembak mati banyak anggota tim elit. Sersan Jaka segera mengetahui bahwa misi tersebut ternyata tidak ditugaskan oleh Kepolisian, tetapi hanya oleh Letnan Wahyu, sehingga tidak akan ada bala bantuan yang akan tiba menyelamatkan mereka. Setelah baku tembak panjang, tim Polisi Jaka terdampar di lantai 6, kalah secara jumlah maupun amunisi dan sedang diburu oleh anak buah Tama yang beringas. Para anggota yang selamat dari serangan ini adalah: Sersan Jaka, Letnan Wahyu, Bowo (Tegar Satrya), Dagu (Eka Rahmadia) dan Rama. Setelah nyaris lolos dari ledakan bom improvisasi Rama yang membunuh sejumlah besar penjahat, mereka terbagi menjadi dua kelompok: Jaka, Wahyu dan Dagu di lantai 5 dan Rama dengan Bowo yang terluka mencari keselamatan di lantai 7.
Membopong Bowo yang terluka, Rama harus bertarung menerobos koridor lantai 7 dan tiba di apartemen 726 yang dihuni Gofar bersama istrinya, memohon tempat persembunyian dari kejaran anak buah Tama. Mereka bersembunyi di dalam sebuah lorong rahasia di balik dinding. Geng parang anak buah Tama dan pimpinan mereka (Alfridus Godfred) tiba dan memeriksa apartemen Gofar, bahkan menusuk dinding dan melukai pipi Rama, dan hampir menewaskan Bowo, tetapi mereka tidak menemukan mereka, dan akhirnya pergi. Setelah memberikan pertolongan pertama pada Bowo, Rama meninggalkan Bowo dalam perawatan Gofar untuk mencari jalan keluar. Dia harus kembali bertempur sengit dengan geng parang yang segera menemukannya setelah dia keluar dari persembunyiannya. Rama mengalahkan geng tersebut, namun kembali dikejar oleh anak buah Tama yang lain. Setelah menjatuhkan diri ke lantai 6 untuk meloloskan diri, Rama akhirnya ditangkap oleh Andi (Donny Alamsyah), tangan kanan dan otak bisnis narkoba Tama. Pada saat yang sama, Jaka berseteru dengan Wahyu setelah Wahyu menolak untuk mempertaruhkan nyawanya untuk mencari Rama dan Bowo, membuat Jaka marah dan mempertanyakan integritas kepolisian Wahyu di balik misi yang berakhir fatal tersebut. Beranjak dari persembunyian mereka, kelompoknya ditemukan oleh Mad Dog, tangan kanan Tama yang paling kejam dan brutal. Letnan Wahyu melarikan diri, dan Dagu diperintahkan Jaka untuk mengikutinya, tetapi Jaka, yang hanya memiliki pisau, harus beradu nyali dengan Mad Dog yang menodongkan pistol padanya. Mad Dog menyuruh Jaka masuk ke kamar di mana ia memutuskan untuk tidak membunuhnya dengan pistol namun menantang dia untuk berkelahi tangan kosong sebagai gantinya. Mad Dog akhirnya mengalahkan Jaka dan mengakhiri hidup Jaka dengan mematahkan lehernya. Sementara itu di apartemen Andi, Andi terungkap sebagai kakak Rama yang telah terasing yang memilih untuk meninggalkan keluarganya dan tidak meninggalkan jejak keberadaannya. Andi menolak untuk pulang ke keluarganya, namun berjanji untuk mengeluarkan Rama dari gedung maut tersebut setelah memastikan situasi aman. Tak dinyana, saat kembali untuk melapor pada Tama, Tama ternyata telah mengetahui pengkhianatan Andi karena kamera tersembunyi yang merekam Andi saat menyembunyikan Rama. Tama dengan marah menyerahkannya ke Mad Dog (yang sudah membenci Andi) untuk disingkirkan.
Rama bergabung kembali dengan Letnan Wahyu dan Dagu. Mereka memutuskan bahwa satu-satunya jalan keluar dari gedung maut tersebut adalah dengan membekuk Tama dan menggunakannya sebagai tiket keluar mereka. Mereka bertiga kemudian bertempur dengan tangan kosong melalui laboratorium narkotika menuju ke markas besar Tama di lantai 15. Dalam perjalanan ke atas, Rama menemukan sebuah ruangan di mana Andi, tergantung pada rantai, sedang dipukuli oleh Mad Dog. Saat ia masuk, Mad Dog menurunkan rantai membiarkan Rama membebaskan Andi. Mereka berdua kemudian bertarung sengit bekerja sama melawan Mad Dog, tetapi kekuatan Mad Dog terlalu besar. Rama hampir dijemput ajal saat Mad Dog hendak mematahkan lehernya, namun digagalkan oleh Andi. Rama dan Andi akhirnya berhasil mengalahkan Mad Dog menggunakan sepotong pecahan dari tabung lampu neon. Sementara itu, Wahyu dan Dagu berhadapan dengan Tama, tetapi Wahyu malah tiba-tiba menembak dan membunuh Dagu, menyandera Tama sebagai tiket keluarnya dari gedung maut tersebut. Kemudian, Rama dan Andi berpapasan dengan mereka berdua di tangga, tapi Wahyu menembakkan peluru pada mereka, menyuruh mereka untuk tidak ikut campur. Tama menggertak Wahyu bahwa ia hanyalah seorang polisi kotor dalam sebuah satuan kepolisian yang secara keseluruhan telah sangat korup, di mana banyak perwira atas sudah dibayar oleh Tama. Tama juga mengungkapkan bahwa dia telah mengetahui misi maut tersebut dari atasan Wahyu, dan walaupun Wahyu berhasil lolos dari gedung tersebut, atasannya akan mengatur supaya Wahyu akan dibunuh atau ditangkap. Wahyu marah dan dengan kalap mengakhiri omongan Tama dengan menembak gembong penjahat tersebut di kepala. Wahyu yang putus asa berupaya bunuh diri dengan pistolnya, namun gagal karena ia kehabisan peluru dan ditangkap tanpa perlawanan oleh Rama. Andi yang sekarang berada di posisi menggantikan Tama, memberitakan bahwa situasi telah aman dan menyuruh penghuni apartemen untuk kembali ke kamar mereka masing- masing. Ia memberikan Rama sebuah kotak berisi informasi tentang daftar hitam polisi korup, memberitahu saudaranya bahwa tidak setiap polisi itu busuk, dan memberikan nama salah satu perwira kepolisian yang adalah orang yang baik untuk diberikan daftar hitam tersebut. Andi kemudian berjalan dengan Rama, Bowo dan Wahyu yang diikat keluar dari gedung, tapi menolak tawaran Rama bergabung dengan mereka. Andi kembali ke gedung sementara Rama berjalan ke luar gerbang, menuju masa depan yang tak pasti.